Wednesday, October 2, 2013

Telkomsel Menanti Lonceng LTE Berbunyi


Perkembangan teknologi Long Term Evolution (LTE) dinilai semakin matang, dukungan handset 4G pun sudah semakin banyak. Namun bagi Indonesia, masih ada yang mengganjal sehingga belum bisa menggelar layanan LTE. Yakni lonceng regulasinya belum berbunyi.

LTE merupakan evolusi teknologi seluler generasi ke-4 yang telah diluncurkan secara komersial oleh 213 operator di 81 negara di dunia, di mana 43 persen di antaranya menggelar layanan ini di frekuensi 1800 MHz (sumber: gsacom.com-July 2013 ).

Artinya, LTE bukan lagi menjadi barang 'antik'. Dimana penyebarannya sudah semakin luas ke berbagai negara di dunia dan punya dukungan ekosistem yang memadai.

Namun seperti diketahui, Indonesia masih belum menurunkan restunya kepada operator untuk mengimplementasikan teknologi LTE. Pemerintah masih harus mengkaji berbagai hal, terutama dari sisi alokasi frekuensi dan kondisi industri telekomunikasi saat ini.

Pun demikian, hal itu tak lantas membuat operator cuma duduk-duduk manis menanti payung regulasi turun. Telkomsel dan XL Axiata belakangan terlihat semakin agresif untuk unjuk gigih seraya ingin menunjukkan bahwa dari sisi teknologi mereka telah siap!

Mas'ud Khamid, DIrektur Sales Telkomsel menyatakan, realisasi LTE di Indonesia sejatinya tinggal menanti lonceng regulasi berbunyi. "Teknologi sudah matang, skema bisnis sudah siap, tinggal menunggu lonceng regulasi berbunyi saja, setelah itu kita langsung deployment," ujarnya.

Telkomsel sendiri sudah berkoordinasi dengan para partner strategisnya agar siap-siap menyambut LTE. Sehingga saat regulasi turun, mereka tak perlu lama-lama lagi untuk langsung merespons restu pemerintah yang begitu dinanti tersebut.



Untuk target pasar, layanan 4G dinilai Mas'ud akan lebih cocok untuk masuk ke segmen youth alias anak muda. Di segmen pasar inilah masa depan bisnis LTE bakal mengambil peran.

"Sementara dari market size tak ada isu. Ditopang dengan pertumbuhan ekonomi kita bagus, jadi ini daya beli bagus, segmen market tepat dan jumlahnya banyak, sehingga tinggal tunggu waktu saja. Tinggal tunggu lonceng berbunyi," tuturnya.

Secara teknologi, lantaran sudah mengadopsi teknologi Single Radio Access Network (RAN) pada sekitar 70% BTS yang dimilikinya, Telkomsel pede dapat mengimplementasikan LTE tanpa memakan waktu terlalu lama. Termasuk untuk ekspansi jaringannya di berbagai kota.

"Kita punya eksisting BTS sebanyak 65 ribu. towernya 20-25 ribu jadi kita tinggal taruh saja. Dan dari market kita fokus di youth. Jadi nanti di desa kita bisa berikan spesial price, di kota spesial value," beber Mas'ud.

"Sementara lifestyle sepertinya tidak usah diajari. dan urusan network tidak usah khawati, karena di belakang kami ada Telkom yang punya pengalaman dan kemampuan dalam membangun jaringan," tutupnya.

Sikap Pemerintah

Pemerintah sendiri bukan enggan memberi restu layanan LTE kepada operator, melainkan ada persoalan lain yang masih harus dikaji dan diputuskan dengan hati-hati.



Menurut Dirjen Sumber Daya Perangkat dan Pos Informatika Muhammad Budi Setiawan, salah satu hambatan dari realisasi LTE di Tanah Air adalah soal alokasi frekuensi. Dimana spektrum yang dinilai paling cocok untuk LTE adalah di pita 1800 MHz.

Terlebih, sebagian besar layanan LTE digelar di atas frekuensi 1800 MHz. Jadi ekosistemnya sudah terbentuk dan dukungan handset sudah beragam.

Hanya saja, alokasi frekuensi 1800 MHz sudah terpakai dan dibagi-bagi kepada operator untuk layanan 2G. Telkomsel mendapat 22,5 MHz, Indosat 20 MHz, XL 7,5 MHz, Axis 15 MHz, dan Tri kebagian 10 MHz.

Alhasil, ketika dibutuhkan untuk LTE, frekuensi 1800 MHz sudah tak lagi bisa dialokasikan. Sebab jika dipaksakan, bisa-bisa para pengguna 2G 'teriak' karena layanannya terganggu.

"Yang paling memungkinkan saat ini memang di frekuensi 1800 MHz untuk LTE. Tapi ingat, jangan sampai mengorbankan pelanggan 2G, jumlah mereka masih sangat banyak," tukas Budi Setiawan.

"Jadi bagi mereka yang penasaran dengan LTE, harap bersabar. Kondisi sosial ekonomi Indonesia juga harus diperhatikan. Dan untuk saat ini, kecepatan 3G sudah cukup kok, dan biarkan penyebaran 3G merata dulu," pungkasnya.